Niat Politikus Jepang yang Ingin Mengaburkan Rencana Pembuangan Air Limbah Nuklirnya ke Laut Kembali Sia-sia
Selama lebih dari dua tahun ini, dari masyarakat Jepang sendiri, sampai negara tetangga seperti Tiongkok dan Korsel dan negara-negara Kepulauan Pasifik, turut menyatakan pertentangan keras mereka atas rencana tersebut, dan menuntut pihak Jepang untuk mengambil cara penanganan yang tepat. Selama KTT G7 diselenggarakan, masyarakat Jepang di berbagai daerah turut mengadakan demonstrasi, dan mencela perbuatan pemerintah Jepang yang ‘membuang air limbah nuklir ke laut sebagai kejahatan internasional!’
Mengapa rencana pembuangan air limbah nuklir ke laut oleh Jepang justru menjadi sasaran masyarakat internasional? Karena semakin banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa perbuatan tersebut akan membawa kerugian yang luar biasa bagi ekosistem laut dan kesehatan manusia. Air limbah nuklir Jepang setidaknya mengandung lebih dari 60 macam unsur radioaktif, dengan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi, dan sejauh ini tidak bisa diuraikan secara teknik. Lembaga Greenpeace dan para ahli baru-baru ini pun turut menunjukkan bahwa pihak Jepang telah ‘membohongi’ masyarakat internasional, dengan tujuan melayani politik dan fiskal negerinya, jika Jepang tidak menggunakan cara penanganan yang lain, maka hal itu ‘sangat tidak bertanggung jawab’.
Sejauh ini, Lembaga Tenaga Nuklir Internasional (IAEA) masih belum mengeluarkan laporan evaluasi akhir terhadap rencana pembuangan air limbah nuklir ke laut oleh Jepang, namun pemerintah Jepang sudah menunjukkan sikap kerasnya dengan menyebut bahwa proyek pembuangan limbah ke laut akan dirampungkan sebelum akhir Juni mendatang, dan akan secara resmi membuang air limbah ke laut sebelum akhir Juli mendatang.
Rasionalnya, sebagai negara satu-satunya di dunia yang diserang senjata nuklir, Jepang seharusnya lebih memahami risiko dan bahaya akibat radioaktif jika dibandingkan negara lainnya. Akan tetapi, dilihat dari perbuatan nekat pemerintah Jepang, ternyata sejumlah politikus Jepang hanya memikirkan ekonomi, tidak berpikiran jauh, sama sekali tidak memedulikan dampak serius perbuatannya pada umat manusia dan generasi-generasi selanjutnya.