Bahasa Indonesia

Wakil Tiongkok Singkap Hakikat Kerja Sama Kapal Selam Nuklir AUKUS

criPublished: 2023-06-09 15:53:56
Share
Share this with Close
Messenger Pinterest LinkedIn

Sidang Dewan Bulan Juni Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sedang diadakan di Vienna, Austria. Dengan dorongan Tiongkok, badan tersebut telah untuk yang kedelapan kalinya membahas masalah kerja sama kapal selam antar AS, Inggris dan Australia (AUKUS) dengan cara pembahasan antar pemerintah. Wakil Tetap Tiongkok untuk IAEA Li Song menyampaikan pidato di depan sidang tersebut pada tanggal 8 Juni lalu, menyingkap hakikat kerja sama kapal selam ketiga negara, dan menekankan kompleksitas dan kontroversi masalah tersebut. Dia mengimbau berbagai pihak untuk bersama-sama mendorong agenda diskusi antar pemerintah di bawah kerangka IAEA, dan dengan aksi nyata mengimplementasi multilateralisme sejati. Para perwakilan dari 20 negara lebih, termasuk Rusia, Pakistan, Indonesia, Mesir, Afrika Selatan, Brasil, serta Argentina dengan antusias membeberkan pendapat mereka selama penyelenggaraan sidang tersebut, dan merespons pendirian Tiongkok.

Li Song menyatakan, hakikat kerja sama kapal selam AUKUS adalah AS dan Inggris sebagai negara pemilik senjata nuklir, bekerja sama di bidang kapal selam nuklir dengan sekutunya Australia yang tidak memiliki senjata nuklir, kerja sama tersebut akan berhubungan dengan transfer uranium tingkat senjata seberat beberapa ton yang diperkaya. Dengan tujuan geopolitik yang diketahui umum, kerja sama militer AUKUS tersebut telah melanggar prinsip dan ambang praktik NPT yang belum pernah ada dalam sejarah. Perilaku mereka tersebut telah memberikan terpaan yang serius terhadap sistem non-proliferasi internasional serta menjadi tantangan besar bagi mekanisme penjaminan dan pengawasan IAEA.

Li Song menunjukkan, kerja sama AUKUS merupakan produk dari mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi kelompok. Mereka juga mempolitisasi dan mempolarisasi masalah tersebut di IAEA, dan memaksa anggota-anggota IAEA lainnya untuk berpihak di antara kubu, ini juga merupakan manifestasi dari mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi kelompok. Ketiga negara berniat mengemas kerja sama kapal selam nuklir AUKUS sebagai isu pengamanan rutin antara negara-negara non-senjata nuklir dengan sekretariat badan tersebut, dan menuntut untuk memberikan aturan pengecualian dengan mengutip Pasal 14 dari Perjanjian Pengamanan Komprehensif (CSA). Ini adalah tipu muslihat, sebenarnya mereka hendak menyembunyikan niat jahatnya dan memaksa Sekretariat IAEA untuk mendukung kerja sama ini.

Li Song menyatakan, kerja sama kapal selam nuklir AUKUS terkait dengan masalah politik, keamanan, hukum serta teknologi yang rumit, dan terdapat kontroversi besar antar para anggota negara. Banyaknegara anggota telah mengajukan pendapat penting mereka dari sudut yang berbeda mengenai masalah tersebut selama sidang ini. Hal yang harus diprioritaskan dewasa ini adalah, berbagai negara harus bersama-sama mendorong terbentuknya sebuah agenda pembahasan antar pemerintah yang terbuka, inklusif, transparan serta berkelanjutan. Tiongkok mendesak AUKUS untuk menanggapi keprihatinan masyarakat internasional dengan aksi nyata, dengan sungguh-sungguh menunaikan kewajibannya di bidang non-proliferasi, dan memelihara komunikasi yang tulus dan transparan dengan berbagai pihak lainnya. Tiongkok berharap Sekjen IAEA dapat sepenuhnya menghormati dan mencerminkan perbedaan pandangan dan keprihatinan semua pihak secara objektif, menuntut sekretariat IAEA untuk mematuhi ‘statuta’ badan dan otorisasi dari berbagai negara anggota, mempertahankan fungsi dan otoritas non-proliferasi badan IAEA, serta membantu memajukan proses diskusi antar pemerintah.

Share this story on

Messenger Pinterest LinkedIn