Seni Muqam, Bukti Nyata Pelestarian Budaya Uyghur di Xinjiang
Dalam beberapa tahun terakhir, Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang secara berturut-turut telah mengumumkan dan menerapkan sejumlah Undang-undang untuk melestarikan Warisan Budaya Tak Benda di Xinjiang, termasuk Seni Muqam. Selain itu, beberapa pusat warisan Muqam telah didirikan di Kashgar, Turpan, Hami dan sejumlah tempat lainnya untuk mencari calon pewaris seni Muqam di seluruh Xinjiang.
Seni Muqam perlahan-lahan mendapatkan dukungan dan pujian dari dunia internasional karena daya tarik artistiknya. Sejumlah negara berlomba-lomba mengundang Grup Seni Muqam Uyghur Xinjiang untuk tampil dan melakukan pertukaran. Pada bulan Juli 2023, Rombongan Seni Muqam Xinjiang diundang berkeliling Indonesia, mereka menyuguhkan pesta lagu dan tarian khas Uyghur kepada masyarakat Indonesia. Dalam tur selama 30 hari, rombongan seni ini sukses menggelar 11 pertunjukan di 9 kota, di antaranya pertunjukan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya masing-masing menarik lebih dari 2.000 penonton. Meski terkendala bahasa, namun respon penonton terhadap pertunjukan tersebut sangat positif. Saat pertunjukan berakhir, penonton bahkan meminta para artis untuk kembali naik panggung dan melanjutkan pertunjukkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok terus memperluas "lingkaran pertemanannya". Tiongkok proaktif mengundang pejabat asing, utusan diplomatik, media luar negeri, selebriti budaya, dan berbagai kalangan untuk mengunjungi Xinjiang, agar dunia melihat wajah Xinjiang yang sesungguhnya.
"Melihat langsung lebih baik daripada mendengar dari orang lain selama seratus kali. Kali ini saya melihat wajah asli Xinjiang di Tiongkok dengan mata kepala sendiri," Ujar Sekreraris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti saat menggambarkan pengalamannya berkunjung di Xinjiang. Dari tanggal 7 hingga 11 Juni 2024, delegasi PP Muhammadiyah yang dipimpinnya mengunjungi beberapa kota seperti Urumqi, Ili, Kashgar dan tempat-tempat lain. Mereka mengunjungi pasar, masjid, perusahaan dan sekolah untuk merasakan stabilitas sosial dan kemakmuran ekonomi di Xinjiang. Muti mengatakan, di matanya, masyarakat Xinjiang menikmati kebebasan beragama dan warisan budaya terlindungi dengan baik.
Di Kashgar, delegasi PP Muhammadiyah mengunjungi Desa Alat Musik Etnis Xinjiang di Kabupaten Shufu. Desa ini memiliki sejarah pembuatan alat musik selama lebih dari 150 tahun. Alat musik yang diproduksi di desa ini mencakup 27 kategori dan lebih dari 50 jenis. Anggota delegasi menyaksikan proses pembuatan alat musik seperti Dombula, Aijek, dan Rewapu, serta melakukan pertukaran dengan para pembuat alat musik di sana. Delegasi PP Muhammadiyah menyatakan bahwa Pemerintah Tiongkok telah melakukan upaya besar untuk melindungi dan mewarisi warisan budaya tak benda di Xinjiang, sehingga pelestarian budaya etnis minoritas mendapat perhatikan dan dipromosikan secara luas.
Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku, Saiful Yahya Deni mengatakan "Pandangan orang barat tentang Islam yang ada di Tiongkok khususnya di Xinjiang sedikit negatif, dan begitu kami melihatnya langsung toleransi antar umat beragamanya sangat tinggi. Di Xinjiang, kami melihat bahwa orang-orang di sini baik dan toleran. Ekonomi dan budaya di Xinjiang telah berkembang dengan sangat baik."