Kurs mata uang RMB terhadap dolar Amerika pada hari Selasa mengalami devaluasi yang tertentu dengan menerobos 7 yuan. Setelah itu, Departemen Keuangan AS mengumumkan Tiongkok sebagai manipulator kurs. Periset senior Kantor Penelitian Kebijakan Dunia AS, Profesor Tamu Universitas New York James Nolt berpendapat, devaluasi RMB pada taraf yang sangat besar merupakan akibat tekanan kebijakan perdagangan unilateral pemerintah AS antara lain pengenaan terus tarif tambahan terhadap produk asal Tiongkok terhadap pasar, dan tak ada alasannya pemerintah AS mengecam Tiongkok memanipulasi kurs.
James Nolt berpendapat, penerobosan 7 yuan tukar satu dolar adalah konsekwensi peranan kekuatan pasar, bukan berasal dari intervensi pemerintah Tiongkok. ia mengatakan, seperti bank sentral negara-negara lain, Bank Rakyat Tiongkok menjalankan tugas dan kewajibannya dalam menyusun dan menerapkan kebijakan mata uang. Dalam jangka panjang, Tiongkok melaksanakan kebijakan moneter yang stabil.
James Nolt berpendapat, menghadapi serangkaian tindakan AS yang tidak masuk akal, Tiongkok sejauh ini terus berupaya membuka jalur dialog dan komunikasi. Sedangkan, pemerintah AS menempelkan label negara manipulator kurs pada Tiongkok dengan tujuan finalnya mempertahankan tekanan tinggi dan inisiatif dalam negosiasi ekonomi dan dagang dengan Tiongkok dalam rangka memperoleh lebih banyak kepentingan.